Skip to main content

Sungguh tega tuanmu meninggalkanmu



Siapa tuanmu


Sampah siap tuanmu

Hingga tega meninggalkanmu

Sampah siap tuanmu

Hingga tega mengabaikanmu

Sungguh tega tuanmu

Pergi tanpa peduli terhadapmu

Sungguh tega tuanmu

Berlalu tanpa mau mengajakmu

Kenapa dulu tuanmu ingin memilikimu

Kalau akhirnya kau di cuekin begitu

Kenapa dulu tuanmu ingin membawamu

Kalau akhirnya kau dilupakan tuanmu

Sungguh berat penderitaanmu

Dibenci sendiri oleh tuanmu

By. Fokeamnesta



Comments

Popular posts from this blog

Keserakahan manusia

Demi apa Demi harta dan tahta Mereka saling tikam Mereka saling caci maki Demi kebahagian dunia mereka Apa harta itu penting Apa tahta itu penting Bagiku tak ada yang lebih penting Selain jalan ni saja hidup ini apa adanya Tanpa memikirkan hari esok Kekayaan dan Kekuasaan hanya sementara Bukan untuk selamanya Berdiri dalam Kesederhanaan itu lebih baik Dari pada berdiri dalam harta dan kekuasaan Yang di penuhi beban dan Kekawatiran

Hening rindu di ujung senja

Di sudut tembok lorong kota Duduk termenung menanti senja Berharap pulang membawa asa Hanya sebatas angan di ujung senja Demi sesuatu yang di harap putra Rela hapuskan mimpi untuk bahagia Sekedar untuk bercerita Kala hati tersayat luka Hidup memang sementara Sayang kepada putra selamanya Demi segalanya relakan segalanya Bahagia sederhana Pandang dan lihat dia bercerita Itu akan hapuskan goresan di ujung senja Tawa dan tingkah konyol akan terlihat di matanya Demi sebuah perhatian merelakannya

Kisah pembuat dosa

GARIS TAKDIR sebelum hilang ku dengar suara simfoni bersinergi dalam gema senandung hening sajak lupa berpadu nikmat tak ada rasa plataran hilang tersusun batu bata berjalan tak kunjung sampai jua setiap langkah bersama dosa tetes embun pengingatnya menangispun tak menghapusnya perlahan menumpuk sia sia esok di tunggu pengadilan luka menagih janji di ujung purnama tulisan nama pemahatnya janji pencipta pembuat cerita menuntut ucapan tanpa bertanya

Sekedar bertanya pada angan kosong

Tak cukup untuk sekedar bertanya Di ujung kelam sinar purnama Berlari menjauhi cakrawala Di ujung pesisir hilangnya tanya Sendu hasrat membelenggu jiwa Sepi senyum tawa jenaka tiada Sesekali ingat aroma rasa Diantara tembok beton menutup mata Keringat terbiaskan cahaya Langit mendung mengiringi dewa Pudarkan api tanpa sisa sisa

Titik Terakhir

Dimana sebuah kebenaran tidak lagi berguna Dimana sebuah kejujuran tidak lagi berharga Maka di sanalah kepalsuan sedang merajalela Maka di sanalah kebohongan sedang di junjung tinggi Tidak akan ada lagi pembelaan diri sebab pembodohan akan semakin menjadi jadi Dan orang orang pintar akan memilih membungkam mulut sendiri karena ketakutan dan intimidasi Dan hilangnya keyakinan pada diri mereka mereka yang takut pada sesamanya melebihi rasa takut pada Sang Pencipta Dan inilah akhir dari sebuah cerita yang di buat sejak lama dan akan segera selasai setelah mencapai batasnya